Kamis, 26 April 2012

Untukmu yang tak mungkin aku dapatkan

     Aku hanyalah seorang anak baru yang dapat bersekolah gratis di suatu sekolah karena kata orang prestasiku disalah satu bidang seni beladiri sungguh mengerikan. Semula ku terima begitu saja tanpa mengetahui sama sekali nasib buruk yang akan menimpaku nantinya. Aku sekolah disana dengan mereka-mereka yang terus saja memandangku dengan takjub dan kagum sampai akhirnya aku bertemu dan sebangku dengan gadis buta dan bisu dan hanya dialah yang membuatku hangat.

     senyumnya yang tulus menyambutku ketika aku hendak duduk disampingnya. Wajahnya yang terus mencari-cariku membuatku terhibur. Semakin hari aku semakin nyaman berada didekatnya dan perasaan pun makin menjadi. Namun sayang, mereka-mereka yang mengagumiku merasa gerah akan kedekatanku padanya. Tiap hari mereka semua makin sakit untuk terus mengerjai gadis ini namun aku akan terus berada disampingnya dan tetap berusaha untuk membuatnya tidak kesepian.

     Sampai akhirnya penindasan yang membuatku tidak lagi merasa hangat itupun terjadi. Ketika aku dan ia bersama-sama pulang belakangan kami dipisahkan oleh mereka-mereka. Aku dibawa ke lapangan dan aku berhadapan dengan beberapa orang pendekar, seandainya  mereka setingkat denganku mungkin aku dapat mengalahkan mereka, namun mereka itu sangat mengerikan dan aku kalah telak. Namun, masih terlihat dimataku wajah kepuasan mereka yang telah berhasil menghabisiku.

     Saat mereka telah pergi, aku segera mencari dia. Aku tak peduli seberapa parah sakitku ini yang penting aku harus menemukan dan menyelamatkannya dari mahluk-mahluk mengerikan itu. Alangkah terkejutnya diriku ketika melihat keadaannya yang terikat dan sangat berantakan dimulut kecilnya tersumpal softex yang terdapat banyak darah. Kubuang rasa jijik ini untuk membuang sumpalannya itu, kulepas ikatannya, dan aku langsung memeluknya untuk menenangkan perasaannya kalau sampai kini pun aku tetap ada bersamanya. Dan di dalam peluk aku menangis bersamanya.

     Akhirnya dia meninggalkanku dan sekolah ini. Dan aku cukup mengakui akan kesadisan mereka tentang suatu ketidaksukaan. Sudah tak ada lagi yang dapat kucintai dari sekolah ini, namun mereka takkan pernah mengijinkanku untuk terlepas dari sekolah ini. Aku tetap menghormati para petinggi disini dan semua orang yang berhubungan dengan sekolah ini. Aku hanya menghormatinya namun aku takkan sudi untuk menghargainya. Aku tetap menekuni seni yang membuatku berada di dalam neraka dingin ini hanya untuk membalas dendam kepada para pendekar-pendekar laknat itu dan aku akan mennjadi orang terkuat di dunia.

     Sudah satu dekade ini aku merasa didalam kedinginan ini. Sudah satu dekade ini juga aku dinobatkan menjadi seorang pendekar beladiri yang paling ditakuti di dunia. Banyak orang yang mengagumiku namun tak sedikit orang yang takut padaku. Namun aku tak peduli, aku harus menjadi orang terkuat didunia ini. Mentari sudah tak bersinar untukku, untuk apa aku tetap memperjuangkannya?

     Namun semua kekokohan dan kedinginanku hancur dan mencair ketika aku melihatnya kembali saat pertandingan final. Aku memenangkan pertandingan itu namun aku tak merayakannya dan terus mengejarnya. Ketika aku bertandang kerumahnya alangkah hancur hatiku melihatnya telah berkeluarga. Aku melihatnya yang terus bersembunyi dibelakang suaminya namun matanya memperlihatkan kerinduan yang amat mendalam. Suaminya pun baru pertama kali ini melihatnya seperti itu segera menurunkan senapannya yang diarahkan kepadaku dan membiarkan kami berdua. Aku sakit hati melihat semua ini, namun aku merasa bahagia melihat dia sudah bersama orang yang sangat mencintainya dan ingin melindunginya dari siapapun bahkan dariku.

      "Aku rindu kehangatan yang dulu..."

     Dia yang mendengarkanku langsung memelukku dan kami pun berpelukan untuk terakhir kalinya sama seperti hari terakhir saat kami hendak dipisahkan. Dan kami pun menangis di dalam peluk itu.