Kamis, 03 Juli 2014

Kancing seragam

     Suasana lorong itu masih sepi setelah beberapa menit ditinggal pergi oleh para siswanya. Cahaya matahari sore yang tersinar itu terpampang jelas di balik sebuah jendela besar dan akhirnya sinarnya menyinari kumpulan loker itu. suasana lorong itu sepi sampai-sampai yang terdengar hanya suara kumpulan burung yang kebetulan terbang melintasi bagian luar lorong itu.
     Perlahan-lahan sorang siswa datang menghampiri kumpulan loker itu. Matanya terus mengendap-endap kalau-kalau ia terpergok oleh seseorang yang tidak sengaja melihatnya. Ketika ia sampai di sebuah loker yang ditujunya, matanya masih terus mengendap-endap. Masih sama, tak ada seorangpun yang ada kecuali dirinya dan tak ada suara manusia sedikitpun kecuali suara dirinya. Dengan cepat ia mengeluarkan sebuah kunci kecil untuk membuka loker itu setelah itu ia memasukkan sebuah kotak kecil yang sedari tadi ia simpan di sakunya.
     "Tenang saja, kamu tidak akan menyadari bahwa kuncimu sempat kupinjam" gumamnya. Setelah ia menyelesaikan pekerjaannya dan mengantungi kunci kecil itu. Segera ia meninggalkan tempat itu dengan senyum yang sangat lebar.

 ***
     "Hei, kamu tahu Nino? si siwa populer itu. Aku mau kamu mencari tahu siapa saja siswi-siswi beruntung itu yang mendapatkan kancing seragamnya" perintah Nina kepada Nani.
     "Tapi buat apa? Memangnya kamu juga sama seperti mereka yang mengharapkan kancing itu? Itu, kan hanya benda mati..." ucap Nani
     "Itu lebih dari sekedar benda mati! haduh! kamu ini bagaimana, sih? Memangnya kamu gak tau apa mitos tentang si kancing itu? Makanya jangan kebanyakan baca buku-buku fiksi yang gak mutu gitu. Lihat, kan jadinya gimana? Sekarang cepat ikuti dia!"
     "Tapi nanti kalau ketahuan, gimana?"
     "Aku gak mau tahu! pokoknya ikutin dia dan kalau sampai kepergok jangan bawa-bawa nama aku"
     "Tapi kan..."
    "Cepat sebelum kotak pensil ini melayang!" lalu Nani pun segera menuruti perintah Nina.

***
Keadaan luar kelas begitu ramai. Mereka semua begitu antusias merayakan hari terakhirnya di dalam sekolah ini. Sebagian besar siswi berusaha mendapatkan kancing seragam dari siswa-siswa yang telah lama ditaksirnya. Nani yang  seumur hidupnya belum pernah merasakan jatuh cinta sampai kini masih belum mengerti untuk apa mereka semua melakukan hal seperti itu. Lagipula, kalaupun ia sedang merasakan jatuh cinta, memangnya ada yang peduli?
     Nani berjalan-jalan menyisiri setiap sudut sekolah. Kepalanya tidak mau berhenti melihat-lihat sekelilingnya untuk mencari sosok yang ditugaskan Nina. Sampai pada akhirnya ia melihat kerumunan siswi yang sangat banyak. Nani yang penasaran dengan apa yang menjadi objek kerumunan itu segera berbaur dengan mereka. Dan akhirnya ia menemukan objek pengawasannya.
     Sosok pria itu tinggi dan berisi dan juga berbentuk. Rambut pendeknya yang hitam berkilau, wajahnya yang sangat maskulin dengan rahangnya yang tegas dan warna kulitnya yang sawo matang itu membuat hampir semua siswi di sekolah ini tergila-gila padanya.
     "Berikan aku kancing seragammu, Nino" pinta seorang siswi yang berdiri di samping Nani dan disambut dengan suara siswi yang lainnya yang ada di dalam kerumunan itu. Nani tetap fokus untuk tidak kehilangan pandangannya terhadap Nino di dalam keadaan sesak seperti itu, dan ia melihat pria itu memutuskan salah satu kancing seragamnya dan memberikannya kepada salah seorang siswi yang berada tepat didepannya. Keadaan kerumunan itu makin menyesakkan karena mereka semakin agresif.
     "Fuah! akhirnya aku keluar juga dari kerumunan itu! dasar para gadis.... mengerikan sekali!" omel Nani sambil mengumpulkan nafasnya sebentar. Ketika ia sadar, ia kehilangan Nino dari pandangannya "Aduh! kemana dia?" dengan langkah cepat ia mencari sosok itu dan beberapa langkah kemudian ia menemukannya. Sambil terus mengawasi Nino, Nani mulai berfikir kali ini ia sedang memberikan kancing ketiga miliknya kepada gadis beruntung yang lainnya. Dua kancing yang diberikannya sejauh ini hanya kepada gadis-gadis idola. Mungkinkah ia juga sama seperti para siswa lainnya? Kira-kira Nina juga termasuk siswi popluler, tidak, ya? dan juga, kemanakah hilangnya kancing keduanya?
     Ternyata dugaan Nani mengenai gadis yang beruntung itu salah. Tidak semua gadis idola yang mendapatkan kancing itu. Buktinya siswi-siswi yang kurang populer juga beruntung mendapatkan kancing itu. Tapi dari keempat kancing itu tidak ada yang diberikan kepada Nina. Kepalanya tertunduk dan langkahnya pelan menuju tempat pertemuannya dengan Nina. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
      "Nino!" kejut Nani. Nino segera berdiri di depan Nani.
     "Kaget, ya? hahaha. Memangnya tidak capek, apa ngikutin aku terus? seperti tidak ada kerjaan lain saja"
     "Aku disuruh Nina. Oh iya, kamu kenapa tidak memberikan kancing seragammu kepadanya? Dan juga, kancing seragammu yang kedua itu kamu berikan ke siapa?"
     "Memanganya untuk apa aku memberikan kancingku kepadanya? Aku tidak suka padanya.  Dan kancing kedua itu, nanti kamu juga akan tahu siapa siswi itu. Bukan siswi itu yang beruntung mendapatkan kancing kedua milikku. Tapi, aku yang beruntung" lalu Nino pergi meninggalkan Nani yang keadaannya masih bingung. Nani yang tersadar dari lamunannya segera melanjutkan perjalanannya ke tempat pertemuan.

***
     "Kancingnya sudah habis" lapor Nani sesampainya di tempat pertemuan
     "Dan aku tidak mendapatkan kancing itu? Menyebalkan!" dan Nina pun terus menggerutu. Setelah berjalan mondar-mandir beberapa putaran, ia melihat Nani yang terus duduk memperhatikannya "kamu mendapatkan kancingnya?"
     "Tidak" jawab Nani polos
     "Siapa saja siswi yang beruntung itu" tanya Nina
     "Rani, Rina, Ina dan Ani" jawab Nani.
     "Huh! ya sudah. Sekarang pergi tinggalkan aku sendiri!" usir Nina dan Nani pergi meninggalkan tempat itu.

***
     Sekolah sudah jadi sepi. Semua siswa dan siswi sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Nani mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tasnya dan membuka lokernya dengan kunci itu untuk mengosongkan tempat itu karena mulai besok sudah bukan lagi miliknya. Ketika pintunya terbuka, ia melihat sebuah kotak kecil misterius. Kotak dari kertas itu berwarna hijau muda, warna favoritnya dan dihiasi oleh pita berwarna merah muda. Dengan takut-takut penasaran  ia membuka kotak itu dan isinya adalah sebuah kancing seragam siswa dan sebuah surat kecil yang wangi. Bau itu adalah bau bunga favoritnya. Ketika ia  membaca surat itu, terkejutlah ia.

Aku sudah tahu kalau kamu pasti akan mengikutiku karena Nina
Dan kamu pasti penasaran kemanakah kancing kedua milikku telah kuberikan
kancing yang berada di genggamanmu itu adalah kancing kedua milikku.
Dijaga, ya...
(Dari Nino)

ps: aku cinta kamu