Rabu, 23 Januari 2013

     Hari ini hujan. Hari ini mendung dan hari ini tidak panas. Apakah ini mewakili keadaanku atau tidak aku tidak tahu. kemarin mendung, kemarin hujan dan kemarin tidak panas. Apakah kemarin juga mewakili perasaanku? aku tidak tahu.
     Hahaha. Apakah benar bahkan cuaca pun mengerti perasaanku? mungkin itu hanya bohong. Mungkin Tuhan tengah mengejekku dengan cuaca-cuaca yang diberikan kepadaku. Saat itu, saat itulah ini semua dimulai.
     Saat itu aku sangat bahagia, karena akhirnya ia mau berbagi kebahagiaannya bersamaku. Yah,  sebenarnya sudah lama aku ingin ia merasa seperti itu dan di saat itu aku ada bersamanya. Saat itu aku sama sekali tidak tahu apa yang tengah terjadi namun kulihat ia sangat indah ketika ia sedang tertawa, ia sangat cantik ketika ia sedang bahagia. Dan mungkin karena itulah banyak orang yang ingin mendekatinya dan banyak orang yang ingin bersamanya. Namun tidak kusangka akan begini jadinya. searusnya aku sadar bahwa jangan pernah melihat orang dari wajahnya karena itu akan menjadi kenyataan yang sangat menyakitkan.
     Namun aku sungguh tidak peduli dengan pepatah tua seperti itu dan aku tetap memilih untuk berasamanya. Sungguh, sesungguhnya aku bukanlah seorang abnormal, namun perasaan sayangku sebagai seorang sahabat inilah yang membutakanku sampai-sampai pepatah itupun akhirnya membuka mataku.
     Saat itu,  hari berjalan seperti biasanya. matahari yang begitu panas. Aula yang begitu pengap dan suara gemuruh dari orang-orang yang berada disekitarku dan disekitarnya. Aku secara terang-terangan membuka aibku kepadanya sebagai seorang yang bodoh yang berusaha untuk menjadi orang terbaik. Namun apa?, ternyata hal itu membuatnya jijik kepadaku dan memtuskan untuk pergi menjauh dariku.
     Ditambah lagi, setelah kutelusuri ia lebih dalam lagi, ada kemungkinan yang membuatnya iri padaku (dan sampai kini akupun bingung apa yang membuatnya iri padaku). Aku mempunyai seorang kawan yang sangat rupawan sehingga wantia yang melihatnya mungkin ingin segera memilikinya. Dan apakah kedekatannya kepadakukah yang membuatnya menjauh dariku? ditambah lagi ia memang sedang dekat dengan seseorang yang sangat senang merebut semua teman-temanku.
     Kini, mungkin mereka semua tidak akan menyadari akan sakitnya perasaanku. Namun, pasti suatu saat nanti di suatu tempat mereka akan menyadari akan hilangnya diriku. Hilang dimakan waktu tanpa akan pernah melihat diriku. Aku akan hilang seperti debu yang ditiup angin. Hilang melebur dan tidak tahu dimanakah lagi ia akan singgah. Atau mungkin, mereka selamanya akan menganggapku sebagai angin lalu saja. Aku datang hanya untuk menimbulkan masalah karena yang mereka lihat adalah aku si pembuat masalah.
     Kawanku yang rupawan itu pasti juga akan termakan oleh rayuan busuknya dan menjadi membenciku. tapi... ah, untuk apa aku mengharapkan sesuatu dari dunia yang hina ini? toh, mereka semua tidak akan pernah kubawa mati karena mereka semua hanyalah fatamorgana. Sesuatu yang indah itu sangat menyakitkan. Namun sesuatu yang sangat pahit itu akan selamanya membekas.
     Langitnya masih mendung, udaranya semakin lama semakin menghilang, langitnya akan hilang digantikan oleh si putri bulan dan dayang-dayang bintang. Waktu cepat sekali berlalu, mungkin apabila aku terbangun kembali, aku akan melihat si pangeran matahari bersama prajurit-prajurit awan, dan seterusnya. Aku berharap suapaya waktu itu akan segera datang dan aku akan pergi meninggalkan mereka semua dan mendapatkan kehidupanku yang baru yang lebih indah namun yang pasti akan lebih berbahaya dan lebih menyakitkan karena keindahan itu adalah fatamorgana. Ataukah, apakah mungkin yang saat akan datang itu adalah sesuatu yang sangat indah dan benar-benar indah karena bukan fatamorgana dan aku akan menetap disana. Karena mungkin segala sesuatunya yang berada disana akan mengubah cara pandangku yang penuh dengan rasa pesimis ini.