Rabu, 06 Februari 2013

Lilin

     "Dasar menyebalkan! mengapa malam ini listrik harus mati? ditambah lagi udara malam diluar sana luar biasa dinginnya. Sampai-sampai selimut setebal apapun yang membalut diriku ini tak sanggup menghangatkanku. Ah, untuk apa aku terus bersungut-sungut? lebih baik aku segera membeli sekotak lilin di warung terdekat." Lalu seorang pengembala kuda yang sedari tadi duduk dikursi malasnya dengan berbalut pakaian yang kelihatannya sangat tebal itu pun segera pergi meninggalkan kursi malasnya dan hendak keluar dari pondoknya yang tak begitu besar untuk ke sebuah warung terdekat demi mencari sekotak lilin untuk menerangi malamnya dipondok itu dan disebuah kandang kuda yang letaknya tidak jauh dari sana.


...
     "Uh, ada apa ini? mengapa ada seseorang yang menggoncang-goncang kotak ini?" ucap serbatang lilin yang terpaksa terbangun dari tidurnya didalam kotak itu. Yah memang ia tidak sendirian didalam kotak itu melainkan ia bersama dengan beberapa kawannya yang juga adalah beberapa batang lilin. Mereka semua berasal dari bahan baku yang sama, dan mereka semua juga mempunyai manfaat yang sama yaitu menjadi penerang didalam kegelapan. Menjadi penerang bagi orang yang tersesat, dan menjadi penerang bagi orang yang takut akan kegelapan. 
     walaupun kami sama sekali tidak dapat menyala lebih lama lagi karena tubuh kami yang kecil ini, namun kami selalu merasa bersyukur karena setidaknya kami telah berguna bagi banyak orang. Mungkin disaat terang kami sama sekali tidak berguna dan dihempaskan beitu saja, dan bahkan harga kami tidak begitu mahal mungkin karena bukan kalangan atas saja yang membutuhkan kami melainkan kalangan bawah pun juga mau tidak mau harus rela membuang uangnya hanya untuk membeli kami. Namun justru pada saat gelap seperti inilah mereka semua berlomba-lomba untuk mendapatkan kami. Yah, walaupun mungkin malam ini terlalu panjang untuk dapat kami lalui karena mungkin kami sudah habis meleleh sebelum kami semua dapat melihat lampu menyala ataupun matahari telah hadir menggantikan posisis bulan yang sinarnya tidak terlalu terang meskipun bintang-bintang telah rela bersusah payah untuk membantunya menerangkan malam itu.

     Jadi disinikah tempatku akan melelehkan diriku? di sebuah kandang kuda yang tidak terlalu luas dan disini hanya terdapat seekor kuda yang terbaring lemah sedangkan salah satu kaki depannya telah terbalut sebuah perban? dan hey! mengapa hanya aku saja yang harus bersinar disini? dimana kawan-kawanku? dimanakah mereka semua akan bersinar?
     "Huh! dasar kuda yang tidak berguna. Sudah tahu akan dijemput ajal masih saja menyusahkan orang! mengapa kamu tidak segera mati saja!?" Dengan bersungut-sungut ia meletakkanku di atas sebuah tempat lilin dan membakar sumbuku yang mungil lalu diletakkannya begitu saja diatas sebuah laci kecil disamping kuda yang terus saja memandangku dengan tatapan rapuhnya. Penggembala itu memang kejam! namun sesungguhnya ia telah mengatakan hal apa adanya. Bagi kuda, kaki yang kuat adalah hal yang sangat penting. Dan apabila kakinya telah terluka seperti itu dan ia sudah lanjut usia seperti itu, untuk apa ia harus tetap berjuang untuk hidup? namun apalah dayaku? disinilah tempatku harus bekerja. untuk memenuhi kewajibanku sebagai sebuah lilin.
     Malam ini anginnya bertiup dengan semakin kencang. Ah sial! mengapa ia harus datang? tak tahukah ia bahwa tingkahnya itu akan membuatku cepat meleleh? setidaknya aku masih ingin bergabung dengan teman-temanku yang juga adalah lilin. Huh! kuda ini juga sedang mendengkur. Tidak tahukah ia bahwa dengkurannya itu sangat mengganggu? wajar saja jika ia tidak mempunyai teman dan terpaksa harus hidup bersama penggembala yang sombong itu.
     Malam ini berjalan dengan semakin dingin. Hembusan angin yang memuakkan itu pun juga semakin lama semakin kencang sehingga aku pun menjadi semakin cepat meleleh. Mungkinkah kini akan mendekati pagi? ataukah kini sudah pagi buta? kudengar suara yang sangat keras berkumandang di luar sana. Dan kudengar juga derap langkah yang semakin mendekat yang arahnya berasal dari dekat pintu kandang sana. Namun semuanya berhenti dan suara langkah itu berubah menjadi suara orang bercakap-cakap. Didengar dari suaranya, sepertinya mereka hanya berdua saja. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi ini sepertinya sebuah perbincangan bisnis dimana sepertinya si penggembala itu merasakan suatu keuntungan. Entahlah, kurasakan dari pembicaraan itu kalau nantinya pasti akan terjadi sesuatu. Sesuatu yang akan menyangkut nasib kuda tua yang cacat ini. Sesuatu yang menyedihkan namun memang harus begini adanya.
     "Jadi disinikah kuda itu sekarang berada? aku ingin lihat sebesar apakah kuda itu" ucap seorang yang tengah berjalan bersama seorang penggembala itu sambil terus saja memandangi seisi kandang kuda yang bau anyir ini. Terbukti kalau penggembala kuda ini tidak peduli dengan keadaan kandang ini dan kuda ini.
     "Kudanya cukup besar tuan, saya yakin dagingnya pun juga sangat lezat. Mungkin dagingnya akan membuat bisnis anda semakin lancar" ucap penggembala itu yang terus saja berjalan bersebelahan dengan tuan yang akan membeli kuda yang masih saja tertidur disebelahku.
     Aku tidak tahu apakah kuda ini sesungguhnya mengerti akan bahasa manusia atau tidak, kuda ini hanya tertidur pulas. Kulihat didalam tidurnya yang lelap ia tersenyum. mungkin ia sudah pasrah akan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi akan dirinya. yah, mungkin ia akan terus berguna bagi siapa pun nantinya walaupun nantinya ia tidak akan hidup lagi untuk menyaksikan semuanya.
      Akhirnya kedua orang itu sampailah pada si kuda tua ini. Ternyata si tuan itu cukup berbaik hati untuk membiarkan kuda itu untuk tidur selama-lamanya tanpa mengenal rasa sakit lagi. Ia memberikan suntikan yang bersisi racun kematian dan membiarkannya meninggal untuk dibawanya pergi meninggalkan kandang ini dengan mudahnya. Dan akhirnya terlihat segumpalan busa kecil keluar dari mulutnya. Tanpa perlawanan sekecil apapun. Penggembala itu terlihat cukup puas akan yang terjadi karena akhirnya tugasnya sebagai seorang penggembala yang harus mengurusi kuda tua ini sudah selesai. Kejadian itu cukup singkat sesingkat hidupku  ini. Tubuhku semakin pendek dan cahaya yang kuberikan semakin redup.
     Akhirnya kuda yang mati itu telah diangkut oleh penggembala sedangkan tuan pembeli itu hanya berjalan dengan anggunnya meninggalkan kandang ini. Aku tidak tahu kapan penggembala itu akan kembali lagi. Sumbuku ini semakin mengecil dan tubuhku semakin lama semakin pendek. Mungkin aku tidak akan lagi melihat teman-temanku yang tidak tahu dimanakah mereka berada. Dimanakah mereka semua disimpan dan aku bahkan tidak tahu apakah mereka masih ada ataukah telah mati karena telah dipakai semalaman penuh. Namun, aku merasa sangat puas karena telah tahu apakah tujuanku dibuat. Menemani hari akhir kuda itu dan menghangatkan malam dinginnya untuk hari terakhirnya.