Senin, 07 Mei 2012

Aku hidup? bodohnya aku ini

   Perkenalkan, namaku adalah A. Di dalam dunia Hukum aku memang terkenal sangat menakutkan sehingga aku dikenal dengan malaikat maut karena aku takkan segan-segan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada hampir setiap pelaku setiap perkara yang kutangani. Hal itulah yang membuat masyarakat di negara ini sangat takut padaku dan berharap semoga aku tak ikut mengadili tentang kasus mereka. Padahal aku hanya mengikuti semua undang-undang yang ada. Aku tak peduli seberapa banyaknya sesuatu yang mereka curi, seberapa banyaknya atau seberapa sadiskah mereka membunuh orang. Toh, buatku itu semua sama saja.

     Aku seperti ini bukan karena aku memang psikopat yang kebetulan bekerja dalam dunia hukum. Aku hanya ingin tahu apakah mereka mengerti seperti apakah keadaanku dan perasaanku ketika memang sampai kini pun aku tak tahu aku ini hidup untuk siapa, hidup untuk apa. Toh, aku akhirnya hanya menghabiskan waktuku di dunia hukum yang sangat mewah tanpa sertifikat sama sekali. Setiap gajiku pun selalu kuhabiskan untuk hal-hal yang sama sekali tiada guna.

     Didalam laptop ini, secara tak sengaja telah kutumpahkan kejadian naas itu. Saat aku masih belia, keluargaku entah menghilang kemana, rumahku dibakar oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Entah mengapa mereka tega melakukan itu namun mereka telah berhasil membuatku seperti ini. Yah aku awalnya memang sangat takut sendirian dan untunglah anjingku masih hidup.

     Kubawa temanku itu satu-satunya ketempat yang setidaknya aku masih dapat bernaung. Yah, disebuah gang kecil yang kotor dan sepertinya tak layak huni, namun aku bersikeras untuk tetap tinggal disana.
     Sudah beberapa minggu bahkan beberapa bulan kami tidak makan sama sekali karena memang pada saat itu kebutuhan pokok terutama bahan makanan sedang melambung sangat tinggi sehingga tak seorang pun kasihan pada kami dan mereka bahkan takkan rela memberikan sesuap nasi pada kami. Walaupun temanku ini sama sekali tak bergerak namun aku tetap optimis bahwa temanku ini masih hidup sebab akupun masih hidup. Namun aku sangat kelaparan dan sepotong roti yang dijual didepan jalan raya itu kelihatannya sangat lezat. Aku ingin sekali memakannya, hanya segigit saja supaya aku masih tetap hidup. Saat itu aku masih ingin hidup.

     Bahkan pada saat salah seorang teman sekelasku secara tidak sengaja  bertemu denganku di gang itu, ia melihatku dengan sejenak lalu menembaki kepala temanku berkali-kali. Aku berusaha melindungi temanku namun ia mendorongku sehingga aku tak dapat melindunginya. Aku terus memohon-mohon kepadanya untuk berhenti menembakinya. Setelah puas ia menembaki temanku itu ia dengan marah berkata kepadaku kalau sebenarnya temanku itu sudah tak ada. Namun aku tetap optimis kalau temanku itu masih hidup dan ia dengan gusar pergi meninggalkanku.

     Hal terbodoh pun akhirnya telah kulakukan. Aku menjual temanku sendiri demi sepotong roti itu. Pemilik toko Roti itu marah dan tak mau menerima temanku itu. Ia juga tak rela aku mengambil roti itu. Namun dengan nekat aku mengambil roti itu dan kabur dari toko roti itu. Pemilik toko roti itu meneriakiku maling dan hampir semua orang mengejarku sehingga ketika aku terpojok aku dihakimi oleh mereka semua namun aku tetap berusaha untuk melindungi roti itu.

     Setelah puas menghakimiku mereka meningalkanku begitu saja dalam keadaan sekarat. Namun aku bersyukur kalau rotiku tidak apa-apa. Aku sudah tak dapat menahan rasa lapar ini. Kalau aku tidak makan saat itu juga mungkin aku tak dapat melihat matahari terbit lagi. Akhirnya dengan air mata yang terus berlinang, dengan lahap aku menghabiskan rotiku.

     Sudah berapa lama semenjak kejadian itu aku sudah tak mau menghitungnya lagi. Dengan pistol yang telah kutodongkan dikepalaku aku ingin mengakhiri hidupku. Namun, entah berapa kali aku juga tak ingin menghitungnya aku selalu kembali gagal bunuh diri karena teman sekelasku yang dulu menembaki anjingku itu selalu datang disaat aku ingin bunuh diri dan terus berusaha menggagalkannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar