Rabu, 05 September 2012

Jeritan Yang tak terdengar

     Kembalikan kehidupan kami. Kembalikan keluarga kami. Namun mungkin memang sudah tak dapat kembali. Namun biarlah, mungkin sudah saatnya kami akan punah.
     Hidup kami. Hidup sebagai warga flora dan fauna. Semula sangat bahagia sebelum modernisasi itu datang. Manusia hidup sejahtera bersama kami dan mereka tidaklah serakah. Mereka menjaga kami dan terus mengembangbiakkan kami. Kami bahagia, mereka pun juga bahagia. Manusia mengagumi akan keindahan kami, mengagumi akan keasrian kami. Kami juga bersyukur kepada mereka yang terus merawat kami tanpa ada niatan untuk merusaknya. Saat itu, mereka belum tahu apa itu modernisasi. Mereka tidak tahu apa itu teknologi maupun alat-aat elektronik. Mereka menggunakan alat-alat tradisional yang sederhana dan tidak merusak.
     Namun, semua itu berubah. Yah, mereka berubah ketika watak asli para manusia itu datang. yah, sifat egois yang merupakan sifat dasar manusia itu mulai ditujukan pada kami. Kami semua sakit hati, sedikit sakit hati karena mereka masih menghargai kami yang merupakan penduduk asli di tempat ini. Mereka masih melakukan tanggung jawab mereka.
     Namun itu hanya sesaat. Manusia itu makin lama makin bertambah. Bangunan-bangunan itu makin lama makin banyak. Namun bagaimanakah dengan kami? bagaimanakah dengan kami yang makin lama makin berkurang. Bukan, bukan karna kami tidak mau berkembang biak. Kami tidak ingin punah. Kami masih ingin menyertai manusia-manusia itu. Kami masih ingin menjadi makanan untuk mereka, menjadi pelindung mreka dikala mereka kepanasan, dan kami juga masih ingin menjadi pencegah banjir. Kami juga ingin mereka tahu akan siapa kami dan mreka dapat melihat langsung akan keberadaan kami. Tidak seperti pendahulu kami yang harus punah pada zaman purba itu. Kami masih ingin hidup.
    Namun apa yang telah mereka perbuat pada kami? mereka ketakutan melihat kami yang senang berkeliaran di tempat mereka. Padahal, hei! mereka itu mengungsi di tempat kami. Namun apakah mereka tidak sadar dengan apa yang telah mereka perbuat? mereka coba untuk menghancurkan kami. Mereka membuat barang-barang bermerek dari kulit kami. Kami sakit kalau harus dikuliti, namun mengapa demi kekayaan kalian harus menguliti kami? dan kalau pun mereka membiarkan kami untuk berkembang-biak terlebih dahulu, biarlah asalkan anak-anak kami dapat hidup bahagia. Namun apa? apakah mereka mau menuruti permohonan terakhir kami?
     Tidak, jangan harap mereka mau menuruti. Kami kecewa akan mereka. Biarlah pada akhirnya kami akan habis dimakan zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar